Advertisement

Responsive Advertisement

Bahaya iri dan dengki


Bahaya iri dan dengki

Hampir setiap orang tentu pernah mengalami sakit hati dalam hidupnya, baik dalam berkeluarga, berteman  maupun bermasyarakat. Sebagaimana sedih dan gembira, rasa yang satu ini adalah suatu kewajaran dalam hidup manusia. Apalagi  mengingat manusia adalah makhluk sosial yang dalam setiap interaksinya tidak lepas dari kekhilafan.
 Sebab-sebab datangnya perasaan ini pun bermacam-macam, dari hal-hal kecil hingga permasalahan besar dapat menjadi pemicu misalnya berawal dari perbedaan pendapat, adanya ketidak sepakatan, yang kalau dibiarkan bercokol di dalam hati, maka hati kita menjadi tidak sehat lagi, penampilan tidak ceria, apalagi jika kita bertemu dengan seteru kita.
 Bagaimana memanage rasa sakit hati kita agar tidak membuahkan dosa :
 1. Muhasabah (koreksi diri )
Sebelum kita me-nyalahkan orang lain, cobalah untuk mengoreksi diri sendiri dahulu. Bisa saja kita merasa sakit hati, padahal teman kita tidak bermaksud me-nyakiti kita. Atau malah jangan-jangan kita sendiri yang  memicu teman kita untuk berbuat itu terhadap kita.
 2. Menjauhkan diri dari sifat iri, dengki dan ambisi. Iri dengki dan ambisi adalah celah yang menjadi pintu masuknya syetan ke dalam hati manusia.
 Ambisi yang berlebihan dapat membuat orang menjadi buta dan tuli. Jika tidak didasarkan iman  ia cenderung melakukan berbagai cara yang kadang-kadang di luar batas ambang sadarnya.
 Demikian juga sifat iri dan dengki. Sifat ini berasal dari kecintaan  terhadap materi, kehormatan, dan pujian. Manusia tak akan pernah merasa tenang bila dalam hatinya ada sifat ini. Ia tak akan pernah merasa cukup dan masalah harta ia selalu menoleh ke atas sedangkan masalah akhirat dipalingkan wajahnya ke bawah. Ini adalah kebalikan dari yang seharusnya.
 Rasulullah SAW bersabda:
“ Tidak boleh dengki seseorang kecuali pada 2 orang,yaitu orang yang diberi harta oleh Allah, kemudian ia memenangkannya atas kerakusannya di jalan yang benar. Dan orang yang diberi hikmah oleh Allah, kemudian ia memutuskan persoalannya dengannya dan mengajarkannya (HR Bukhori)
 3. Menjauhkan diri dari sifat amarah dan keras hati. Bila marah sudah timbul dalam hati manusia, dan syetan sudah menguasai hatinya, maka perbuatannya kadang sudah tidak rasional lagi dan syetan akan selalu mempermainkan hatinya.
 4. Menumbuhkan sifat Pemaaf.
    “Jadilah engkau pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh” (Qs Al A’rof: 199) Allah sang pencipta yang Agung saja mau memaafkan hambaNya yang benar-benar bertaubat padaNya, mengapa kita tidak bisa, padahal kita hanyalah hambNya.
 Kita hanya seorang makhluk yang lemah , tidak sepantasnya berlaku sombong dengan tidak mau memaafkan orang lain.
 Rasulullah bersabda
     “Bertakwalah kepada Allah dimana engkau berada, tindak lanjutilah kesalahan dengan kebaikan niscaya kebaikan itu akan  menghapus kesalahan tersebut, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik (HR Hakim dan Tirmidzi)
 5 Husnudzon (berprasangka baik)
Dalam firmanNya Allah berkata : Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya sendiri yang sudah mati ? “ Maka kamu tentunya merasa jijik kepadanya (Qs Al Hujarat: 12)
 Adakah seorang muslim berburuk sangka terhadap seorang muslim lainnya sehingga ia melecehkan saudaranya. Ia megatakan yang macam-macam kepada saudaranya, dan menilai dirinya lebih baik dari dirinya. Dan sebaiknya muslim itu harus mawas diri terhadap celah-celah yang sering memancing tuduhan, agar orang lain tidak berburuk sangka kepada kita
 6. Menumbuhkan sikap ikhlas
Ikhlas adalah kata yang ringan untuk diucapkan namun sangat berat untuk dilaksanakan. Orang yang ikhlas tidak akan memiliki rasa pamrih dalam dirinya, ia melakukan semua amalannya karena Allah saja.
 Orang Ikhlas akan bersyukur jika diberi kenikmatan dan bersabar jika diuji. Ia selalu percaya bahwa Allah memberi yang terbaik untuk hambanya.
 Orang yang ikhlkas lebih mudah mengelola hatinya  untuk selalu menyerahkan segalanya kepada Allah saja, kepadaNyalah ia menggantungkan harapan hidupnya.
 Nah, para pembaca, jika anda sedang dilanda sakit hati, cobalah untuk me ngamalkan kiat-kiat diatas. Insya Allah beban hati kita akan berkurang, dan dada andapun terasa lapang.
 Dikutip dari majalah Nikah oleh Ulfah dirangkum oleh Ny Yus Haras
http://ceumimin69.wordpress.com/2012/11/22/bahaya-iri-dan-dengki/

SEARCH...

Postingan terbaru